Rabu, 12 Juni 2013

Negara Under Dog : Politisi oh Politisi

Dear Fellas,

Akhir-akhir ini sejak gw langganan TV berbayar, gw udah ngga pernah lagi nonton siaran TV lokal dan totally beralih nonton tayangan-tayangan gosip international, reality show, acara masak memasak, sinetron asing, ataupun binatang show di beberapa stasiun TV international itu. Entah kenapa tiba-tiba saja, kemarin malam (11/06) gw memutuskan untuk menonton acara metro TV yang kebetulan sedang menyajikan acara prime time. Gw lupa acara debat apa yang sedang mereka bahas saat itu karena ngga mancing minat buat gw tonton and gw simak acara perdebatan antara pembawa acara dengan bintang tamu yang di undang saat itu.

Setelah cukup bertahan untuk menonton metro tv selama setengah jam, gw ganti saluran TV gw ke TV One yang kebetulan hendak menyiarkan tayangan ILC (Indonesian Lawyers Club) yang mengangkat tema soal "Perlawanan PKS". Emang sih kalau kita mengikuti berita akhir-akhir banyak mengangkat soal suap daging sapi impor jelas banget kalau banyak kader-kader PKS yang namanya terseret-seret karena menerima uang panas ini. Bahkan dengan jelas presiden mereka kini sudah ditetapkan menjadi pesakitan KPK.

Sebagai bentuk pemulihan citra PKS yang tercoreng akibat skandal ini, mereka melakukan perlawanan terhadap pemerintah atas kebijakan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Pemasangan spanduk dan pernyataan anggota dewan yang kader-kader PKS menegaskan hal ini di media-media elektronik yang gw ikutin. Aneh yah, PKS khan anggota koalisi pemerintah, bukan kah seharusnya mereka mendukung kebijakan ini bukan menentangnya? Beberapa tanggapan sinis atas aksi PKS ini datang dari partai yang berkuasa saat ini, Partai Demokrat. Satu dua orang kader Demokrat memberikan tanggapan supaya PKS lebih baik menggundurkan diri sebagai anggota koalisi, memilih sebagai oposisi dan bergabung koalisi dengan PDIP yang terang-terangan menyatakan diri sebagai oposisi sejak awal pemerintahan SBY yang kedua kalinya ini.

Awal perdebatan ngga mancing keinginan gw buat ngikutin nih tayangan. Penasaran ajah kenapa kok beberapa teman gw cerita kalau ortu mereka suka banget ngikutin acara ini and sampe berantem rebutan channel TV kalau lagi nonton acara ini. hahaha. Lucu juga sih ortu udah tua-tua masih juga ngga mau ngalah sama anak muda. Termasuk nyokap gw yang juga penikmat acara ILC ini selain kick andy yang ditayangin di metro tv. Kalau sudah nonton acara ILC ini nyokap suka ngga bisa diinterupsi. Halah.

Ok tadi cuma sekedar intermezo saja. Lanjut lagi ke blog gw yang sebenarnya. Debat-debat politisi buat gw kaya pedagang yang lagi menjajakan barang dagangannya. Nah bedanya sama pedagang apa lagi pedagang besar, mereka mau bertanggung jawab pada after sales service setelah 3 tahun penjualan. Ngga kaya politisi kita, after sales servicenya nanti saja kalau sudah mendekati musim pemilu berikutnya. Kalau belum, yah emang gw pikirin. Sebel gw sama politisi-politisi yang punya sikap kaya gitu. Dulu mereka ngemis-ngemis suara kita supaya bisa duduk di parlemen. Tapi setelah duduk di parlemen lupa sama yang sudah kasih suara. Huff. Munafik itulah kata yang cocok.

Minat gw buat ngikutin acara itu timbul pas si Poltak mulai memberikan komentarnya. Komentar yang gw inget banget tuh :

          "Saya baru saja terima sms dari beberapa kepala daerah di Indonesia. Mereka ngga keberatan soal BBM naik berapa pun karena toh di daerah masing-masing mereka sanggup untuk membeli  BBM walaupun harganya mencapai Rp. 10,000/lt. Akan tetapi mereka protes akan kelangkaan  pengadaan BBM akhir-akhir ini."

Emang bener sih Bang Poltak, kalau harga BBM di Indonesia tuh ngga seragam. Sebagai contohnya saja, kakak sepupu gw yang tinggal di Papua kalau mau beli gas LPG 12 Kgs tuh sekitar 750rb per tabungnya. Beda sama bude gw yang tinggal di Yogya, beliau beli gas LPG 12 Kgs sekitar 105rb, tapi beda lagi sama gw yang tinggal di Jakarta, beli gas LPG 12 kgs cuma sekitar 90rb pertabungnya. Yah karena kunci utama perbedaan harga itu ada di jalur distribusinya. Simpel.

Omongan si Poltak lainnya yang mancing minat gw adalah :

       "Siapa bilang negara kita ngga mengalami peningkatan perekonomian. Perekonomian kita mengalami pertumbuhan sekitar 6.1 % (klo ngga salah inget yah-red). Saat ini, Pak Jokowi sedang pening kepalanya untuk mengatasi kemacetan akibat meningkatnya volume sepeda motor dan kendaraan pribadi. Masyarakat kita mampu untuk membeli kendaraan pribadi dan subsidi BBM selama ini hanya dinikmati oleh kalangan kaya saja. Sehingga subsidi BBM tidak tepat sasaran."

Pak Jokowi pasti pusing lah ngurusin sistem angkutan umum di Jakarta yang emang ditinggalin semerawut. Ngga jelas kemana arahnya. Salut gw sama si bapak satu ini. Dia datang dari daerah menantang warga Ibukota buat ikut dibawah komandonya. Kemacetan di Jakarta ngga akan pernah terurai selama pemerintah belum mampu untuk menyediakan sarana transportasi massa. Gw mengapresiasi PT KAI yang mulai memperbaiki sistem KRL di Jakarta. Dikit lagi sistem kereta api kita sama kaya MRT di singapore atau ngga BTS di Thailand. Tapi tolong harganya jangan mahal-mahal and perbanyak lagi frekuensi keretanya terutama pas jam-jam padat penumpang.

Terus soal banyak warga Ibukota yang mampu untuk membeli kendaraan pribadi. Wajar juga lah. Siapa yang ngga tertarik dengan penawaran dari dealer : 300rb bisa bawa pulang motor, non survey, dg cicilan rendah, dan proses 3 hari kerja atau ngga  3 juta bisa bawa pulang mobil, cicilan suka-suka, DP min 10%, dan proses 3 hari kerja dg mobil diantar dengan towing car.

Kebanyakan masyarakat kita masih belum mempunyai daya beli tinggi. Tapi kita selalu dicekoki oleh tayangan-tayangan iklan yang penuh iming2 menuju sifat konsumerisme. Kalau kita mengukur pendapatan perkapita rata-rata. Apakah masyarakat kita mempunyai pendapatan perkapita sebesar US$ 5/jamnya sebagai gambaran tingkat pertumbuhan ekonomi maju. Berapa persen kah yang mempunyai pendapatan segitu? Apakah mampu mencapai 50% dari total penduduk kita?

Kritik gw sama pemerintah di sini : jangan bodoh-bodohi rakyatnya, kasihnya kita informasi sesuai dengan kenyataan yang ada, perjuangkan kepentingan rakyat di mata internasional, tinjau ulang mengenai pajak kendaraan yang berlaku, atur ulang sistem pembelian BBM kita, kenapa ngga yang angkutan umum saja yang mendapatkan subsidi. Kalau pribadi buat apa sih di subsisi. Emang agak maksa juga sih. Tapi orang Indonesia kalau ngga dikasih pemimpin yang tegas and disiplin suka sak enak udel'e dewe.

Yah itu lah gambaran yang gw tangkep soal politisi-politisi negeri ini. Korupsi, loyal terhadap partai, tapi mengatasnamakan rakyat untuk perjuangan partainya. Welcome fellas ke negara under dog selama pemimpin kita masih belum mempunyai sifat mengayomi, memperjuangkan kepentingan rakyat (bukan parlemen), tegas, dan berwibawa.




   VS

                             






Cheers,
Tata