Kalau soal agama warisan, gw mau sedikit cerita keragaman yang ada
di keluarga gw. Orang Tua dari emak gw menganut agama Hindu Kejawen
tetapi anak-anaknya tidak ada satu pun yang menganut agama Alm. Simbah
Kakung dan Simbah Putri. Bude gw yang pertama, emak gw, om pertama, dan
tante bungsu menganut agama Kristen, sedangkan Bude nomor 2 dan Om nomor
2 menganut Islam. Dari pihak bokap, alm. Emak menganut Kristen Ortodok
dan engkong sampai 5thn sebelum dia meninggal masih Kong Hu Chu walaupun
di KTP tertulis Kristen. Anak2nya tidak ada 1pun menganut kong hu chu.
Bahkan bude2 gw dari pihak bokap menganut Islam.
Gw lahir dan
dibesarkan dari keluarga yang mengenal berbagai macam aliran agama
bahkan darah yang mengalir dibadan gw pun darah campuran. Emak gw Jawa
tulen dan Bapak gw China tulen. Apakah dari kecil ada pertentangan soal
agama dan kesukuan kita? Jawabannya TIDAK. Bahkan dari kecil anak-anak
yang lahir sudah belajar untuk menerima perbedaan. Belajar apa itu
Bhinneka tetapi kita tetap dalam satu saudara. Justru terpaan akan untuk
menerima satu yang dipaksakan itu datang dari lingkungan.
Gw
inget banget ketika baru pindah rumah ke rumah yang sekarang gw tempati
ini dari rumah engkong, ketika gw bergaul dengan anak-anak disekitaran
tempat tinggal gw, pertanyaan kedua yang mereka lontarkan setelah tanya
nama gw adalah kenapa gw milih agama Kristen dan emang ngga mau pindah
agama Islam (mayoritas lingkungan gw). Saat gw masih kecil dan belum
bisa jawab gw hanya bisa diam dan terima bully mereka. Bahkan ada yang
membully untuk tidak ngajak main gw karena agama gw beda bahkan gw
dipaksa juga untuk mengucapkan dua kalimat syahadat jika mau bermain
dengan mereka. Gw cuma bisa diem dan lari ke rumah. Cerita sama nyokap,
ngga bisa karena nyokap selalu kerja dan jarang bisa ditemui.
Pencarian akan kebhinekaan dan toleransi dengan bekal didikan dari
keluarga gw pahami sendiri dengan membaca dan mengulas artikel tentang
arti kebhinekaan. Satu hal yang akan selalu gw ingat pada masa pencarian
dan pembelajaran itu bahwa setiap individu yang dilahirkan sudah
mempunyai hak asasinya dan hak asasinya itu dibatasi oleh hak asasi
orang lain. Jadi buat yang masih belum paham akan hal ini, silahkan buka
lagi buku pelajaran PPKn kalian. Lihat lah hak asasi orang lain apa
saja yang sudah kalian langgar. Bahkan dalam kehidupan bernegara pun
setiap individu mempunyai hak dan kewajiban.
Melihat kenyataan
seperti pada saat sekarang, dimana isu agama dimainkan untuk meraih
kekuasaan rasanya pemerintah harus mengapresiasi guru-guru PPKn dan
Kewarganegaraan karena tugas mereka jauh lebih berat untuk menanamkan
rasa cinta pada tanah air serta pemahaman akan semangat kebhinekaan.
Sedih sih baca artikel-artikel dari media gurem bukannya kita malah
bersatu memberantas bahaya laten yang mau memecah belah persatuan malah
mengamini paham itu. Terlebih lagi ada istilah "Mau Di Suriahkan?"
Ngebayanginnya ajah ngga berani apalagi saat nanti kejadian beneran.
Mahal loh biaya untuk mempertahankan Indonesia seperti sekarang ini.
Inget saja nasehat dari founding father kita, Jangan Sekali-kali
Melupakan Sejarah. Inget itu, segala sesuatu yang terjadi pada masa
sekarang tarik benang merahnya pada sejarah masa lampau. Masa sekarang
tidak akan terbentuk jika masa lalu tidak kita lalui dan masa depan
ditentukan oleh masa sekarang.
Setiap ada pemilihan kepala
daerah atau kepala negara, kita selalu mencari sosok yang mampu
melakukan terobosan besar yang dapat membawa bangsa sejajar dengan
negara maju di dunia. Negara yang mempunyai tata pemerintahan sipil yang
merangkul semua golongan rakyat, infrastruktur yang menghubungkan semua
wilayah, peradilan yang tidak memandang golongan serta memutuskan
perkara secara adil, ataupun penggunaan teknologi untuk segala lini
masa. Jika menginginkan hal itu, STOP lah mengklaim bahwa agamanya yang
paling benar. Lakukan tindakan nyata untuk membangun yang dimulai dari
diri sendiri.
Apapun agama kita, kita masih tetap satu. INDONESIA.