Minggu, 21 Mei 2017

Agama Warisan : Inspired by Tulisan Afi

Kalau soal agama warisan, gw mau sedikit cerita keragaman yang ada di keluarga gw. Orang Tua dari emak gw menganut agama Hindu Kejawen tetapi anak-anaknya tidak ada satu pun yang menganut agama Alm. Simbah Kakung dan Simbah Putri. Bude gw yang pertama, emak gw, om pertama, dan tante bungsu menganut agama Kristen, sedangkan Bude nomor 2 dan Om nomor 2 menganut Islam. Dari pihak bokap, alm. Emak menganut Kristen Ortodok dan engkong sampai 5thn sebelum dia meninggal masih Kong Hu Chu walaupun di KTP tertulis Kristen. Anak2nya tidak ada 1pun menganut kong hu chu. Bahkan bude2 gw dari pihak bokap menganut Islam.

Gw lahir dan dibesarkan dari keluarga yang mengenal berbagai macam aliran agama bahkan darah yang mengalir dibadan gw pun darah campuran. Emak gw Jawa tulen dan Bapak gw China tulen. Apakah dari kecil ada pertentangan soal agama dan kesukuan kita? Jawabannya TIDAK. Bahkan dari kecil anak-anak yang lahir sudah belajar untuk menerima perbedaan. Belajar apa itu Bhinneka tetapi kita tetap dalam satu saudara. Justru terpaan akan untuk menerima satu yang dipaksakan itu datang dari lingkungan.

Gw inget banget ketika baru pindah rumah ke rumah yang sekarang gw tempati ini dari rumah engkong, ketika gw bergaul dengan anak-anak disekitaran tempat tinggal gw, pertanyaan kedua yang mereka lontarkan setelah tanya nama gw adalah kenapa gw milih agama Kristen dan emang ngga mau pindah agama Islam (mayoritas lingkungan gw). Saat gw masih kecil dan belum bisa jawab gw hanya bisa diam dan terima bully mereka. Bahkan ada yang membully untuk tidak ngajak main gw karena agama gw beda bahkan gw dipaksa juga untuk mengucapkan dua kalimat syahadat jika mau bermain dengan mereka. Gw cuma bisa diem dan lari ke rumah. Cerita sama nyokap, ngga bisa karena nyokap selalu kerja dan jarang bisa ditemui.

Pencarian akan kebhinekaan dan toleransi dengan bekal didikan dari keluarga gw pahami sendiri dengan membaca dan mengulas artikel tentang arti kebhinekaan. Satu hal yang akan selalu gw ingat pada masa pencarian dan pembelajaran itu bahwa setiap individu yang dilahirkan sudah mempunyai hak asasinya dan hak asasinya itu dibatasi oleh hak asasi orang lain. Jadi buat yang masih belum paham akan hal ini, silahkan buka lagi buku pelajaran PPKn kalian. Lihat lah hak asasi orang lain apa saja yang sudah kalian langgar. Bahkan dalam kehidupan bernegara pun setiap individu mempunyai hak dan kewajiban.

Melihat kenyataan seperti pada saat sekarang, dimana isu agama dimainkan untuk meraih kekuasaan rasanya pemerintah harus mengapresiasi guru-guru PPKn dan Kewarganegaraan karena tugas mereka jauh lebih berat untuk menanamkan rasa cinta pada tanah air serta pemahaman akan semangat kebhinekaan. Sedih sih baca artikel-artikel dari media gurem bukannya kita malah bersatu memberantas bahaya laten yang mau memecah belah persatuan malah mengamini paham itu. Terlebih lagi ada istilah "Mau Di Suriahkan?" Ngebayanginnya ajah ngga berani apalagi saat nanti kejadian beneran.

Mahal loh biaya untuk mempertahankan Indonesia seperti sekarang ini. Inget saja nasehat dari founding father kita, Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah. Inget itu, segala sesuatu yang terjadi pada masa sekarang tarik benang merahnya pada sejarah masa lampau. Masa sekarang tidak akan terbentuk jika masa lalu tidak kita lalui dan masa depan ditentukan oleh masa sekarang.
Setiap ada pemilihan kepala daerah atau kepala negara, kita selalu mencari sosok yang mampu melakukan terobosan besar yang dapat membawa bangsa sejajar dengan negara maju di dunia. Negara yang mempunyai tata pemerintahan sipil yang merangkul semua golongan rakyat, infrastruktur yang menghubungkan semua wilayah, peradilan yang tidak memandang golongan serta memutuskan perkara secara adil, ataupun penggunaan teknologi untuk segala lini masa. Jika menginginkan hal itu, STOP lah mengklaim bahwa agamanya yang paling benar. Lakukan tindakan nyata untuk membangun yang dimulai dari diri sendiri.

Apapun agama kita, kita masih tetap satu. INDONESIA.