Ingin rasanya puasa nulis. Tapi kalau tidak nulis dan menuangkan
dalam bentuk barisan kata, kayanya penuh otak ini. Walaupun Tuhan sudah
memberikan kapasitas melebihi 10TB, rasanya masih saja kurang.
Seandainya Tuhan juga mengaruniakan tombol delete, ingin rasanya
menghapus memori buruk tetapi tetap menjadikannya bahan pembelajaran.
Ahhh sudah lah keabsurdan ini akan segera berlalu jika kita yang
dikaruniai dengan kewarasan dan logika untuk berpikir menahan diri
sejenak walaupun ada pertentangan dasyat dari hati nurani untuk tidak
mengamini segala kebobrokan yang terjadi.
Membiarkan kebodohan
merajalela juga bukan pilihan terbaik untuk menghentikan isu-isu yang
terjadi. Kapankah ada kesadaran bahwa dibalik semuanya ini ada
segelintir kelompok yang mengambil untungnya dan tertawa atas kekacauan
yang terjadi lalu tampil seolah-olah dirinya Ksatria Piningit yang mampu
menyelesaikan masalah yang sudah terlanjur terjadi dengan bergantung
padanya. Jaman sekarang mana ada Ksatria Piningit. Semuanya sudah
mempunyai kepentingannya masing-masing. Memperkaya diri dan memperoleh
kekuasaan atau mendapatkan ketenaran menjadi dasar iman untuk berlaku.
Pembodohan melalui media. Dimana hasut dan kejujuran hanya setipis
kelambu malam. Barang langka yang sudah terkubur didalam palung laut
terdalam. Mengambilnya kembali membutuhkan perjuangan dan ketekunan
hati. Bahkan kapal selam paling canggih buatan Rusia atau Amerika bahkan
China sekalipun tidak akan mampu untuk menemukan arti kata kejujuran di
dalam palung itu. Seandainya bisa, entah kapan dapat ditemukannya.
Ngimpi kowe nduk, suara itu kembali menggema. Wis ora usah neko-neko.
Pasraheno karo Gusti. Gusti sing luwih segala. Ra percoyo? Ndelok disik
nduk. Gusti mu kuwi lagi bekerja. Gusti mu bekerja dalam ketenangan dan
tanpa harus berkoar dengan menggunakan pengeras suara atau memasang
status macam-macam diberbagai sosial media. Tetapi pekerjaan Gustimu
kuwi dapat dirasakan dalam iman yang sudah kau percayakan kepadaNya.
Gustimu mboten sare bahkan jikalau Dia sare, ada ribuan pesuruhNya yang
siap menjaga dan melanjutkan pekerjaan tanganNya. Malaikat itu nduk
pesuruhNya. Abdi dalem yang setia disampingNya dan siap melaporkan
segala sesuatu yang ada di kancah pertarungan ini.
Nduk,
istirahat jika dirasakan perlu untuk mengurangi kepenatan itu. Ojo
mekso. Manusia dikarunikan dengan keterbatasan raga, tetapi sering kali
tidak diindahkan ketika alarm badan sudah berbunyi. Ketika bunyi makin
nyaring dan mencapai klimaksnya, apakah sesalmu akan berguna. Istirahat
sejenak hingga ada sedikit tenaga untuk kembali melanjutkan dan merajut
angan mencapai cita-cita. Berhenti sejenak dan melupakan semuanya hingga
tiba saatnya hal itu kembali diteruskan. Istirahat tidak untuk
benar-benar melupakan, tetapi untuk mencari pemahaman baru.
Istirahat ngih, cah ayu. Ketika kau terbangun nanti, kau akan melihat
sesuatu yang baru untuk cita-cita itu. Tutup matamu dan mulailah
terlelap dalam tidurmu, cah ayu. Sugeng ndalu. Selamat beristirahat.
~Kartono kepada Hayati~
Diiringi Lagu More Than Words oleh Extreme sebagai pengantar tidur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
What i said :