Selasa, 30 Mei 2017

Hayati Mulai Lelah

Ingin rasanya puasa nulis. Tapi kalau tidak nulis dan menuangkan dalam bentuk barisan kata, kayanya penuh otak ini. Walaupun Tuhan sudah memberikan kapasitas melebihi 10TB, rasanya masih saja kurang. Seandainya Tuhan juga mengaruniakan tombol delete, ingin rasanya menghapus memori buruk tetapi tetap menjadikannya bahan pembelajaran. Ahhh sudah lah keabsurdan ini akan segera berlalu jika kita yang dikaruniai dengan kewarasan dan logika untuk berpikir menahan diri sejenak walaupun ada pertentangan dasyat dari hati nurani untuk tidak mengamini segala kebobrokan yang terjadi.

Membiarkan kebodohan merajalela juga bukan pilihan terbaik untuk menghentikan isu-isu yang terjadi. Kapankah ada kesadaran bahwa dibalik semuanya ini ada segelintir kelompok yang mengambil untungnya dan tertawa atas kekacauan yang terjadi lalu tampil seolah-olah dirinya Ksatria Piningit yang mampu menyelesaikan masalah yang sudah terlanjur terjadi dengan bergantung padanya. Jaman sekarang mana ada Ksatria Piningit. Semuanya sudah mempunyai kepentingannya masing-masing. Memperkaya diri dan memperoleh kekuasaan atau mendapatkan ketenaran menjadi dasar iman untuk berlaku.

Pembodohan melalui media. Dimana hasut dan kejujuran hanya setipis kelambu malam. Barang langka yang sudah terkubur didalam palung laut terdalam. Mengambilnya kembali membutuhkan perjuangan dan ketekunan hati. Bahkan kapal selam paling canggih buatan Rusia atau Amerika bahkan China sekalipun tidak akan mampu untuk menemukan arti kata kejujuran di dalam palung itu. Seandainya bisa, entah kapan dapat ditemukannya.

Ngimpi kowe nduk, suara itu kembali menggema. Wis ora usah neko-neko. Pasraheno karo Gusti. Gusti sing luwih segala. Ra percoyo? Ndelok disik nduk. Gusti mu kuwi lagi bekerja. Gusti mu bekerja dalam ketenangan dan tanpa harus berkoar dengan menggunakan pengeras suara atau memasang status macam-macam diberbagai sosial media. Tetapi pekerjaan Gustimu kuwi dapat dirasakan dalam iman yang sudah kau percayakan kepadaNya. Gustimu mboten sare bahkan jikalau Dia sare, ada ribuan pesuruhNya yang siap menjaga dan melanjutkan pekerjaan tanganNya. Malaikat itu nduk pesuruhNya. Abdi dalem yang setia disampingNya dan siap melaporkan segala sesuatu yang ada di kancah pertarungan ini.

Nduk, istirahat jika dirasakan perlu untuk mengurangi kepenatan itu. Ojo mekso. Manusia dikarunikan dengan keterbatasan raga, tetapi sering kali tidak diindahkan ketika alarm badan sudah berbunyi. Ketika bunyi makin nyaring dan mencapai klimaksnya, apakah sesalmu akan berguna. Istirahat sejenak hingga ada sedikit tenaga untuk kembali melanjutkan dan merajut angan mencapai cita-cita. Berhenti sejenak dan melupakan semuanya hingga tiba saatnya hal itu kembali diteruskan. Istirahat tidak untuk benar-benar melupakan, tetapi untuk mencari pemahaman baru.
Istirahat ngih, cah ayu. Ketika kau terbangun nanti, kau akan melihat sesuatu yang baru untuk cita-cita itu. Tutup matamu dan mulailah terlelap dalam tidurmu, cah ayu. Sugeng ndalu. Selamat beristirahat.


~Kartono kepada Hayati~
Diiringi Lagu More Than Words oleh Extreme sebagai pengantar tidur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

What i said :