Bener yah overdosis bisa bikin mabok. Ada lagi baca berita dokter
ngga mao ngelayanin pasien BPJS dan Asuransi Umum karena sifatnya Riba.
Padahal pasien itu pun hanya mampu ambil BPJS kelas menengah.
Kebayangkan tingkat ekonomi orang itu seperti apa.
Sekarang coba
loe bayangin saat jadi gw kemaren rawat inap di rumah sakit gara-gara
radang lambung dan gw harus menjalani endoscopy serta gastrocopy, total
perawatan yang harus gw bayarkan ke pihak rumah sakit adalah hampir 22jt
untuk 5hari plus biaya tindakan dll. Atau kasus om gw dimana dia harus
menjalani operasi bay pass jantung yang ngabisin 250 jt cuma buat biaya
operasinya saja dan kalau biaya lain2 si om, denger2 bisa ngabisin
475jt. Kasus ke tiga yang terjadi di keluarga gw, kakak ipar sakit
kanker payudara stadium 2 sehingga harus menjalani 2x operasi. Operasi
pertama pengangkatan benjolan di payudaranya dan operasi kedua yah
angkat sel telurnya dia supaya tidak memproduksi hormon yang bisa memicu
sel kankernya. Belum lagi harus menjalani proses kemoterapi selama 6x.
Mungkin total perawatan kakak ipar gw lebih dari 150jt. Kalau ngga
ditanggung BPJS dan asuransi gimana bayar biayanya? Ada ide? Cash? We
dont have enough money. We have spend the money for our health through
insurance system.
Sebelum mabok agama, mikir donk. Jangan main2
sama kesehatan dan nyawa orang. Dokter khan sudah angkat sumpah. Sumpah
itu juga mengikat secara universal. Jangan karena mabok agama, jadinya
ngga mao tangani pasien. Apalagi pasien itu anak2.
Gw jadi ingat
saat gw dulu masih gawe di majalah kesehatan. Kampanye yang dilakukan
sama PERSI (Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) adalah wisata
medis. Jadi rumah sakit-rumah sakit yang ada di seluruh Indonesia diajak
untuk meningkatkan fasilitas layanan dan peralatannya sehingga
orang-orang mampu tidak usah lagi berobat ke negara tetangga karena
kualitas sdm tenaga kesehatan kita mampu menyaingi negara tetangga.
Masalah berobat ke negara tetangga, saudara-saudara kita di Pulau
Sumatera sudah paham betul akan hal ini. Orang-orang mampu di kota-kota
besar mereka seperti Medan, Padang, Banda Aceh lebih memilih berobat ke
Penang atau Singapura ketimbang ke Jakarta atau kota-kota lain di Pulau
Jawa. Miris khan?
Sebutlah beberapa rumah sakit ternama dengan
fasilitas kesehatan memadai di Jakarta tidak mampu menarik orang-orang
mampu untuk berobat di tempatnya. Miris banget. Di tambah lagi dengan
adanya isu agama dan sikap intoleran dari tenaga kesehatan yang
akhir-akhir ini marak terjadi, mau jadi apa wajah dunia kesehatan kita?
Coba tengok halaman-halaman media sosial yang bertebaran dengan cerita
orang2 yang berobat ke luar negeri itu, apakah ketika mereka mendatangi
dokter akan diberikan ceramah tentang hukum Riba atau ditanya agamanya
apa atau dari suku mana? Tentu TIDAK lah.
Jadi yah mbok yao
mabok agamanya dikurangi dulu dosisnya. Kita khan dikaruniai akal sehat
untuk berpikir secara jernih. Bukan menjadi cherry picker dan menjadi
penikmat lip service para oknum dengan janji surganya itu. Saya ngga
akan putus2nya ingetin kita semua bahwa hak sorga itu ada di tangan
Tuhan. Itu hak mutlak dan prerogatifnya sebagai penguasa dan pencipta
kita. Lakukan tugas di dunia dengan sebaik2nya dan terima setiap
perbedaan dengan toleransi yang tinggi. Baru saat dipanggil nanti nagih
surganya sama penguasa sorga itu.
Cheers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
What i said :