Beberapa waktu lalu gw membaca share di timeline soal orang yang datang ke Paris dan dia terkejut karena sepanjang dari Charles de Gaules hingga ke tengah kota ditemukan tenda-tenda pengungsi. Bahkan penulis pun sempat berbincang dengan salah satu pengungsi sembari dia memberikan uang ala kadarnya.
Pengungsi memang menjadi "masalah" baru di negara-negara Eropa sana. Rata-rata pengungsi yang datang ke Eropa dari negara-negara Asia yang terkena konflik seperti Syria dan Afganistan. Menyedihkan memang saat melihat dua negara indah itu harus menjadi medan perang dan mengakibatkan adanya korban sipil atas nama penguasaan energi dengan kedok agama. Gw liat share foto kota Alepo sebelum dan sesudah konflik itu, hati gw miris banget. Bangunan-bangunan bersejarah, tempat-tempat ibadah, pusat perekonomian, dan rumah-rumah warga sipil hancur sehingga penduduk kota itu harus mengungsi. Meninggalkan kehidupan keseharian mereka, terpisah dari keluarga, dan harus kehilangan sumber penghidupan mereka. Mungkin kalau gw bahas masalah ini akan menimbulkan pro dan kontra. Gw belum dibekali ilmu yang memadai untuk membahas konflik kawasan ini. Modal gw hanya membaca artikel-artikel yang di sharing berdasarkan perspektif masing-masing penulisnya. Well, balik lagi menampung rakyat dari pemerintahan yang terkena konflik oleh negara-negara Eropa atas dasar kemanusiaan.
Gw ngga ngebayangin jika hal itu terjadi sama Indonesia. Indonesia saat mulai menampakan taringnya, negara-negara tetangga seolah-olah sudah mulai ketakutan. Lihat saja Singapore saat kita mencanangkan Tax Amnesty. Peraturan konyol sempat dikeluarkan oleh pemerintahnya sehingga uang para taipan Indonesia yang parkir di negara pulau itu jangan sampai keluar dari wilayahnya. Ataupun saat program menyelaraskan jalur transportasi dan logistic di Indonesia dengan memaksimalkan Pelabuhan Sabang, pemerintah Thailand mulai ancang-ancang dengan membangun terusan Kra sehingga kapal-kapal cargo tidak perlu lagi singgah di Indonesia atau Singapore. Bahkan Amerika pun mencari segala cara supaya kue enak Freeport tidak lepas dari gengaman tangan mereka. Issue pemberhentian tenaga kerja hingga membawa masalah ini ke Pengadilan Internasional dilontarkan oleh mereka. Tetapi apakah presiden kita langsung ciut nyalinya? Dengan pembawaan yang tenang, kebijakan-kebijakan yang dirasa dapat mensejahterakan rakyatnya terus dilakukan walaupun diterpa berbagai isu yang dapat mengguncang persatuan Indonesia.
Terakhir gw denger kabar bahwa ISIS sudah menguasai Marawi, sebuah kota di Pulau Mindanau, Philippines yang letaknya dekat dengan utara Indonesia siap mengancam dan masuk ke Indonesia. Siapkah kita diSuriahkan atau di Afganistankan atau di Libyakan? Ingat bahwa Indonesia adalah negara ke empat dengan jumlah penduduk paling banyak keempat setelah China, India, dan Amerika. Berapa banyak rakyat Indonesia yang harus mengungsi jika negara ini berhasil dikuasai oleh kaum radikalis. Mungkin penduduk dengan penghasilan 10juta ke atas mereka tidak akan khawatir, mereka sudah membekali diri mereka dengan kepintaran, skill individu, dan tabungan yang memadai untuk mendanai pengungsian mereka di negara asing. Nah kalau yang mempunyai pendapatan dengan masih standar UMP daerah masing-masing? Bukan kah mereka yang akan menjadi sasaran korban terbanyak di dalam negeri ini?
Gw sih sebenernya setuju banget dengan statement dari Bapak Ryamizard Ryacudu bahwa WNI yang anggota ISIS sebaiknya tidak usah kembali ke tanah air dan cuma buat susah bangsa. Fuck off melindungi warga negara jika warna negara itu sendiri mengkhianati bangsanya dan ideologi kebangsaannya. Mereka memutuskan untuk tergabung dalam kelompok pemberontak karena timbul ketidakpuasaan akan sistem kebangsaan dan memilih untuk mengikuti aliran yang sesuai dengan ideologi yang mereka percayai jadi buat apa membela para pemberontak. Saat ini Indonesia bukan lah Indonesia yang dulu. Indonesia pada kepemimpinan Presiden Jokowi mulai menampakkan kembali kekuatan "Macan Asia-nya" dengan gaya kesantunan tetapi mampu untuk membuat gentar bangsa-bangsa di dunia. Salute for you, Mr. President. We stand behind you. Keep on working, we trust in you.
Jadi sudah bukan saatnya lagi kita memelihara mental sebagai bangsa pengemis. Bangsa yang maju adalah bangsa yang berusaha dan bekerja keras serta di dukung oleh segenap elemen kebangsaan untuk membuatnya maju. Wake up from your day dreaming. Its time to working dan jangan mau kalah pada negara-negara maju.
Salam anak bangsa anti mental tempe
~Tatz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
What i said :