Rabu, 26 Juli 2017

Atas Dasar Kemanusiaan



Beberapa waktu lalu gw membaca share di timeline soal orang yang datang ke Paris dan dia terkejut karena sepanjang dari Charles de Gaules hingga ke tengah kota ditemukan tenda-tenda pengungsi. Bahkan penulis pun sempat berbincang dengan salah satu pengungsi sembari dia memberikan uang ala kadarnya.

Pengungsi memang menjadi "masalah" baru di negara-negara Eropa sana. Rata-rata pengungsi yang datang ke Eropa dari negara-negara Asia yang terkena konflik seperti Syria dan Afganistan. Menyedihkan memang saat melihat dua negara indah itu harus menjadi medan perang dan mengakibatkan adanya korban sipil atas nama penguasaan energi dengan kedok agama. Gw liat share foto kota Alepo sebelum dan sesudah konflik itu, hati gw miris banget. Bangunan-bangunan bersejarah, tempat-tempat ibadah, pusat perekonomian, dan rumah-rumah warga sipil hancur sehingga penduduk kota itu harus mengungsi. Meninggalkan kehidupan keseharian mereka, terpisah dari keluarga, dan harus kehilangan sumber penghidupan mereka. Mungkin kalau gw bahas masalah ini akan menimbulkan pro dan kontra. Gw belum dibekali ilmu yang memadai untuk membahas konflik kawasan ini. Modal gw hanya membaca artikel-artikel yang di sharing berdasarkan perspektif masing-masing penulisnya. Well, balik lagi menampung rakyat dari pemerintahan yang terkena konflik oleh negara-negara Eropa atas dasar kemanusiaan.

Gw ngga ngebayangin jika hal itu terjadi sama Indonesia. Indonesia saat mulai menampakan taringnya, negara-negara tetangga seolah-olah sudah mulai ketakutan. Lihat saja Singapore saat kita mencanangkan Tax Amnesty. Peraturan konyol sempat dikeluarkan oleh pemerintahnya sehingga uang para taipan Indonesia yang parkir di negara pulau itu jangan sampai keluar dari wilayahnya. Ataupun saat program menyelaraskan jalur transportasi dan logistic di Indonesia dengan memaksimalkan Pelabuhan Sabang, pemerintah Thailand mulai ancang-ancang dengan membangun terusan Kra sehingga kapal-kapal cargo tidak perlu lagi singgah di Indonesia atau Singapore. Bahkan Amerika pun mencari segala cara supaya kue enak Freeport tidak lepas dari gengaman tangan mereka. Issue pemberhentian tenaga kerja hingga membawa masalah ini ke Pengadilan Internasional dilontarkan oleh mereka. Tetapi apakah presiden kita langsung ciut nyalinya? Dengan pembawaan yang tenang, kebijakan-kebijakan yang dirasa dapat mensejahterakan rakyatnya terus dilakukan walaupun diterpa berbagai isu yang dapat mengguncang persatuan Indonesia.

Terakhir gw denger kabar bahwa ISIS sudah menguasai Marawi, sebuah kota di Pulau Mindanau, Philippines yang letaknya dekat dengan utara Indonesia siap mengancam dan masuk ke Indonesia. Siapkah kita diSuriahkan atau di Afganistankan atau di Libyakan? Ingat bahwa Indonesia adalah negara ke empat dengan jumlah penduduk paling banyak keempat setelah China, India, dan Amerika. Berapa banyak rakyat Indonesia yang harus mengungsi jika negara ini berhasil dikuasai oleh kaum radikalis. Mungkin penduduk dengan penghasilan 10juta ke atas mereka tidak akan khawatir, mereka sudah membekali diri mereka dengan kepintaran, skill individu, dan tabungan yang memadai untuk mendanai pengungsian mereka di negara asing. Nah kalau yang mempunyai pendapatan dengan masih standar UMP daerah masing-masing? Bukan kah mereka yang akan menjadi sasaran korban terbanyak di dalam negeri ini?

Gw sih sebenernya setuju banget dengan statement dari Bapak Ryamizard Ryacudu bahwa WNI yang anggota ISIS sebaiknya tidak usah kembali ke tanah air dan cuma buat susah bangsa. Fuck off melindungi warga negara jika warna negara itu sendiri mengkhianati bangsanya dan ideologi kebangsaannya. Mereka memutuskan untuk tergabung dalam kelompok pemberontak karena timbul ketidakpuasaan akan sistem kebangsaan dan memilih untuk mengikuti aliran yang sesuai dengan ideologi yang mereka percayai jadi buat apa membela para pemberontak. Saat ini Indonesia bukan lah Indonesia yang dulu. Indonesia pada kepemimpinan Presiden Jokowi mulai menampakkan kembali kekuatan "Macan Asia-nya" dengan gaya kesantunan tetapi mampu untuk membuat gentar bangsa-bangsa di dunia. Salute for you, Mr. President. We stand behind you. Keep on working, we trust in you.

Jadi sudah bukan saatnya lagi kita memelihara mental sebagai bangsa pengemis. Bangsa yang maju adalah bangsa yang berusaha dan bekerja keras serta di dukung oleh segenap elemen kebangsaan untuk membuatnya maju. Wake up from your day dreaming. Its time to working dan jangan mau kalah pada negara-negara maju.

Salam anak bangsa anti mental tempe

~Tatz

Selasa, 30 Mei 2017

Overdosis Agama Bahaya untuk Dunia Kesehatan

Bener yah overdosis bisa bikin mabok. Ada lagi baca berita dokter ngga mao ngelayanin pasien BPJS dan Asuransi Umum karena sifatnya Riba. Padahal pasien itu pun hanya mampu ambil BPJS kelas menengah. Kebayangkan tingkat ekonomi orang itu seperti apa.

Sekarang coba loe bayangin saat jadi gw kemaren rawat inap di rumah sakit gara-gara radang lambung dan gw harus menjalani endoscopy serta gastrocopy, total perawatan yang harus gw bayarkan ke pihak rumah sakit adalah hampir 22jt untuk 5hari plus biaya tindakan dll. Atau kasus om gw dimana dia harus menjalani operasi bay pass jantung yang ngabisin 250 jt cuma buat biaya operasinya saja dan kalau biaya lain2 si om, denger2 bisa ngabisin 475jt. Kasus ke tiga yang terjadi di keluarga gw, kakak ipar sakit kanker payudara stadium 2 sehingga harus menjalani 2x operasi. Operasi pertama pengangkatan benjolan di payudaranya dan operasi kedua yah angkat sel telurnya dia supaya tidak memproduksi hormon yang bisa memicu sel kankernya. Belum lagi harus menjalani proses kemoterapi selama 6x. Mungkin total perawatan kakak ipar gw lebih dari 150jt. Kalau ngga ditanggung BPJS dan asuransi gimana bayar biayanya? Ada ide? Cash? We dont have enough money. We have spend the money for our health through insurance system.

Sebelum mabok agama, mikir donk. Jangan main2 sama kesehatan dan nyawa orang. Dokter khan sudah angkat sumpah. Sumpah itu juga mengikat secara universal. Jangan karena mabok agama, jadinya ngga mao tangani pasien. Apalagi pasien itu anak2.

Gw jadi ingat saat gw dulu masih gawe di majalah kesehatan. Kampanye yang dilakukan sama PERSI (Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) adalah wisata medis. Jadi rumah sakit-rumah sakit yang ada di seluruh Indonesia diajak untuk meningkatkan fasilitas layanan dan peralatannya sehingga orang-orang mampu tidak usah lagi berobat ke negara tetangga karena kualitas sdm tenaga kesehatan kita mampu menyaingi negara tetangga. Masalah berobat ke negara tetangga, saudara-saudara kita di Pulau Sumatera sudah paham betul akan hal ini. Orang-orang mampu di kota-kota besar mereka seperti Medan, Padang, Banda Aceh lebih memilih berobat ke Penang atau Singapura ketimbang ke Jakarta atau kota-kota lain di Pulau Jawa. Miris khan?

Sebutlah beberapa rumah sakit ternama dengan fasilitas kesehatan memadai di Jakarta tidak mampu menarik orang-orang mampu untuk berobat di tempatnya. Miris banget. Di tambah lagi dengan adanya isu agama dan sikap intoleran dari tenaga kesehatan yang akhir-akhir ini marak terjadi, mau jadi apa wajah dunia kesehatan kita? Coba tengok halaman-halaman media sosial yang bertebaran dengan cerita orang2 yang berobat ke luar negeri itu, apakah ketika mereka mendatangi dokter akan diberikan ceramah tentang hukum Riba atau ditanya agamanya apa atau dari suku mana? Tentu TIDAK lah.

Jadi yah mbok yao mabok agamanya dikurangi dulu dosisnya. Kita khan dikaruniai akal sehat untuk berpikir secara jernih. Bukan menjadi cherry picker dan menjadi penikmat lip service para oknum dengan janji surganya itu. Saya ngga akan putus2nya ingetin kita semua bahwa hak sorga itu ada di tangan Tuhan. Itu hak mutlak dan prerogatifnya sebagai penguasa dan pencipta kita. Lakukan tugas di dunia dengan sebaik2nya dan terima setiap perbedaan dengan toleransi yang tinggi. Baru saat dipanggil nanti nagih surganya sama penguasa sorga itu.


Cheers

Hayati Mulai Lelah

Ingin rasanya puasa nulis. Tapi kalau tidak nulis dan menuangkan dalam bentuk barisan kata, kayanya penuh otak ini. Walaupun Tuhan sudah memberikan kapasitas melebihi 10TB, rasanya masih saja kurang. Seandainya Tuhan juga mengaruniakan tombol delete, ingin rasanya menghapus memori buruk tetapi tetap menjadikannya bahan pembelajaran. Ahhh sudah lah keabsurdan ini akan segera berlalu jika kita yang dikaruniai dengan kewarasan dan logika untuk berpikir menahan diri sejenak walaupun ada pertentangan dasyat dari hati nurani untuk tidak mengamini segala kebobrokan yang terjadi.

Membiarkan kebodohan merajalela juga bukan pilihan terbaik untuk menghentikan isu-isu yang terjadi. Kapankah ada kesadaran bahwa dibalik semuanya ini ada segelintir kelompok yang mengambil untungnya dan tertawa atas kekacauan yang terjadi lalu tampil seolah-olah dirinya Ksatria Piningit yang mampu menyelesaikan masalah yang sudah terlanjur terjadi dengan bergantung padanya. Jaman sekarang mana ada Ksatria Piningit. Semuanya sudah mempunyai kepentingannya masing-masing. Memperkaya diri dan memperoleh kekuasaan atau mendapatkan ketenaran menjadi dasar iman untuk berlaku.

Pembodohan melalui media. Dimana hasut dan kejujuran hanya setipis kelambu malam. Barang langka yang sudah terkubur didalam palung laut terdalam. Mengambilnya kembali membutuhkan perjuangan dan ketekunan hati. Bahkan kapal selam paling canggih buatan Rusia atau Amerika bahkan China sekalipun tidak akan mampu untuk menemukan arti kata kejujuran di dalam palung itu. Seandainya bisa, entah kapan dapat ditemukannya.

Ngimpi kowe nduk, suara itu kembali menggema. Wis ora usah neko-neko. Pasraheno karo Gusti. Gusti sing luwih segala. Ra percoyo? Ndelok disik nduk. Gusti mu kuwi lagi bekerja. Gusti mu bekerja dalam ketenangan dan tanpa harus berkoar dengan menggunakan pengeras suara atau memasang status macam-macam diberbagai sosial media. Tetapi pekerjaan Gustimu kuwi dapat dirasakan dalam iman yang sudah kau percayakan kepadaNya. Gustimu mboten sare bahkan jikalau Dia sare, ada ribuan pesuruhNya yang siap menjaga dan melanjutkan pekerjaan tanganNya. Malaikat itu nduk pesuruhNya. Abdi dalem yang setia disampingNya dan siap melaporkan segala sesuatu yang ada di kancah pertarungan ini.

Nduk, istirahat jika dirasakan perlu untuk mengurangi kepenatan itu. Ojo mekso. Manusia dikarunikan dengan keterbatasan raga, tetapi sering kali tidak diindahkan ketika alarm badan sudah berbunyi. Ketika bunyi makin nyaring dan mencapai klimaksnya, apakah sesalmu akan berguna. Istirahat sejenak hingga ada sedikit tenaga untuk kembali melanjutkan dan merajut angan mencapai cita-cita. Berhenti sejenak dan melupakan semuanya hingga tiba saatnya hal itu kembali diteruskan. Istirahat tidak untuk benar-benar melupakan, tetapi untuk mencari pemahaman baru.
Istirahat ngih, cah ayu. Ketika kau terbangun nanti, kau akan melihat sesuatu yang baru untuk cita-cita itu. Tutup matamu dan mulailah terlelap dalam tidurmu, cah ayu. Sugeng ndalu. Selamat beristirahat.


~Kartono kepada Hayati~
Diiringi Lagu More Than Words oleh Extreme sebagai pengantar tidur

Minggu, 21 Mei 2017

Agama Warisan : Inspired by Tulisan Afi

Kalau soal agama warisan, gw mau sedikit cerita keragaman yang ada di keluarga gw. Orang Tua dari emak gw menganut agama Hindu Kejawen tetapi anak-anaknya tidak ada satu pun yang menganut agama Alm. Simbah Kakung dan Simbah Putri. Bude gw yang pertama, emak gw, om pertama, dan tante bungsu menganut agama Kristen, sedangkan Bude nomor 2 dan Om nomor 2 menganut Islam. Dari pihak bokap, alm. Emak menganut Kristen Ortodok dan engkong sampai 5thn sebelum dia meninggal masih Kong Hu Chu walaupun di KTP tertulis Kristen. Anak2nya tidak ada 1pun menganut kong hu chu. Bahkan bude2 gw dari pihak bokap menganut Islam.

Gw lahir dan dibesarkan dari keluarga yang mengenal berbagai macam aliran agama bahkan darah yang mengalir dibadan gw pun darah campuran. Emak gw Jawa tulen dan Bapak gw China tulen. Apakah dari kecil ada pertentangan soal agama dan kesukuan kita? Jawabannya TIDAK. Bahkan dari kecil anak-anak yang lahir sudah belajar untuk menerima perbedaan. Belajar apa itu Bhinneka tetapi kita tetap dalam satu saudara. Justru terpaan akan untuk menerima satu yang dipaksakan itu datang dari lingkungan.

Gw inget banget ketika baru pindah rumah ke rumah yang sekarang gw tempati ini dari rumah engkong, ketika gw bergaul dengan anak-anak disekitaran tempat tinggal gw, pertanyaan kedua yang mereka lontarkan setelah tanya nama gw adalah kenapa gw milih agama Kristen dan emang ngga mau pindah agama Islam (mayoritas lingkungan gw). Saat gw masih kecil dan belum bisa jawab gw hanya bisa diam dan terima bully mereka. Bahkan ada yang membully untuk tidak ngajak main gw karena agama gw beda bahkan gw dipaksa juga untuk mengucapkan dua kalimat syahadat jika mau bermain dengan mereka. Gw cuma bisa diem dan lari ke rumah. Cerita sama nyokap, ngga bisa karena nyokap selalu kerja dan jarang bisa ditemui.

Pencarian akan kebhinekaan dan toleransi dengan bekal didikan dari keluarga gw pahami sendiri dengan membaca dan mengulas artikel tentang arti kebhinekaan. Satu hal yang akan selalu gw ingat pada masa pencarian dan pembelajaran itu bahwa setiap individu yang dilahirkan sudah mempunyai hak asasinya dan hak asasinya itu dibatasi oleh hak asasi orang lain. Jadi buat yang masih belum paham akan hal ini, silahkan buka lagi buku pelajaran PPKn kalian. Lihat lah hak asasi orang lain apa saja yang sudah kalian langgar. Bahkan dalam kehidupan bernegara pun setiap individu mempunyai hak dan kewajiban.

Melihat kenyataan seperti pada saat sekarang, dimana isu agama dimainkan untuk meraih kekuasaan rasanya pemerintah harus mengapresiasi guru-guru PPKn dan Kewarganegaraan karena tugas mereka jauh lebih berat untuk menanamkan rasa cinta pada tanah air serta pemahaman akan semangat kebhinekaan. Sedih sih baca artikel-artikel dari media gurem bukannya kita malah bersatu memberantas bahaya laten yang mau memecah belah persatuan malah mengamini paham itu. Terlebih lagi ada istilah "Mau Di Suriahkan?" Ngebayanginnya ajah ngga berani apalagi saat nanti kejadian beneran.

Mahal loh biaya untuk mempertahankan Indonesia seperti sekarang ini. Inget saja nasehat dari founding father kita, Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah. Inget itu, segala sesuatu yang terjadi pada masa sekarang tarik benang merahnya pada sejarah masa lampau. Masa sekarang tidak akan terbentuk jika masa lalu tidak kita lalui dan masa depan ditentukan oleh masa sekarang.
Setiap ada pemilihan kepala daerah atau kepala negara, kita selalu mencari sosok yang mampu melakukan terobosan besar yang dapat membawa bangsa sejajar dengan negara maju di dunia. Negara yang mempunyai tata pemerintahan sipil yang merangkul semua golongan rakyat, infrastruktur yang menghubungkan semua wilayah, peradilan yang tidak memandang golongan serta memutuskan perkara secara adil, ataupun penggunaan teknologi untuk segala lini masa. Jika menginginkan hal itu, STOP lah mengklaim bahwa agamanya yang paling benar. Lakukan tindakan nyata untuk membangun yang dimulai dari diri sendiri.

Apapun agama kita, kita masih tetap satu. INDONESIA.

Kamis, 11 Mei 2017

Ikan Kecil yang (Mencoba) Mengarungi Samudera



Sesaat setelah ade dan ade ipar gw dateng,
gw wa sama ade ipar. Kejadian itu di bulan Oktober tahun lalu.

Melihat kehidupan orang-orang di negara maju, sudah ngebuat gw iri banget. Mereka punya sistem tatanan kehidupan individualis tapi mengedepankan toleransi. Akhirnya dengan sikap asal ngomong ala gw, gw utarakan ide gila gw yang sudah nyaris gw kubur selama 3 tahun. Gw bilang sama ade ipar gw, kayanya gw mao lanjutin pendidikan gw di Jerman deh. Dia malah komen sebaliknya, kenapa harus Jerman dan kenapa ngga Austria. Setelah gw tanya2 sama ade gw dan kakak sepupu yang sudah lebih dahulu tinggal di sana, akhirnya mereka tetap menyarankan untuk tetap memilih Jerman.

Berselang satu bulan sambil terus memantapkan hati meninggalkan Indonesia, kakak sepupu yang tinggal di Belanda datang berkunjung ke Indonesia. Satu pertanyaan menohok dari Om gw yang sudah lama tinggal di Belanda tentang tanah airnya. "Kenapa wajah Indonesia sekarang muram? Kenapa dengan Gubernur itu sehingga mereka mau membunuhnya? Kenapa dengan perkembangan baju sekarang seperti meniru orang timur tengah? Pertanyaan dari om gw ini yang membuat gw juga bingung menjawabnya. Gw cuma melontarkan satu statement ke beliau, om pilihan pindah kewarganegaraan sudah tepat. Jangan disesali. Negara ini tidak cocok lagi untuk hidup secara demokratis. Kaum kuat secara kekuasaan menindas kaum lemah untuk terus mempertahankan kekuasaan bahkan membuat kekuasaan itu menjadi dinasti. Si om sepertinya masih belum puas dengan jawaban gw, akhirnya dia bertanya lagi. Bukan kah Pak Harto sudah turun? Gw jawab pertanyaan si om, memang Pak Harto sudah turun, tetapi mentalitas yang ditanamkan Pak Harto belum pudar. Ini yang susah untuk dihapusnya. Akhirnya kita sama-sama tertegun.

Sama keluarga gw yang di Belanda pun gw juga bercerita akan rencana gw untuk melanjutkan pendidikan di Jerman. Suami sepupu pun berkomentar, give it a try for Netherland if you give up for Deutchland. Lalu dia menunjukkan video parody America First, Netherland Second. Dukungan dari mereka yang membuat gw untuk membulatkan tekad meninggalkan tanah air bahkan sempat terlintas untuk tidak pernah kembali lagi. Bahkan jika Tuhan memberi kesempatan, dengan senang hati gw akan mengganti passport hijau ini dengan passport COKLAT yang mempunyai power untuk menggunjungi 159 negara tanpa harus apply visa sebelumnya.

Nyokap adalah benteng terakhir bagi si ikan kecil ini untuk berenang di lautan luas itu. Bendungan kokoh itu sukar untuk ditembus atau dilompati ketinggiannya. Pemikiran nyokap simple, playing victim as usual. Nyokap sudah pensiun artinya sudah memasuki masa tuanya. Seperti orang tua pada umumnya, ingin ditemani oleh anaknya. Maaf, bu. Bukan saatnya kita menjadi ikan mati. Kita harus menjadi ikan salmon yang menentang arus jaman. Karena arus jaman itu akan menggerus sisik dan kekuatan kita sedikit demi sedikit jika kita tidak melompatinya. Sampai detik ini, nyokap masih belum meruntuhkan bendungan itu supaya ikan kecil ini dapat melompatinya ke lautan luas. Apakah akan menyerah, tentu tidak. Melihat keadaan sekarang, gw semakin paham bahwa terjun ke dunia luas bukan untuk gw sendiri tapi untuk gw membuka jendela apa artinya kebebasan berdemokrasi dan apa itu artinya nurani toleransi serta menghargai hak asasi individu.

Tahapannya masih panjang untuk ditempuh, tetapi tidak perlu berkecil hati. Berkecil hati hanya akan menyurutkan nilai perjuangan. Jika banyak senggat ubur-ubur menghadang bahkan melukai diri kita, hadapi saja. Atau jika terkadang harus menghadapi arus bawah laut yang menyeret bahkan melemparkan kita kembali ke titik awal, ikuti saja arus itu. Seperti gerombolan kura-kura yang tahu kapan waktu yang tepat untuk melemparkan diri keluar dari arus itu dan justru membawa kita semakin dekat kepada tujuan.

Maaf kawan, mungkin kalian menganggap gw gagal paham atau hati nurani sudah mulai surut serta pesimis bahwa toleransi atau demokrasi sudah mati negara kita. Mungkin ada benarnya. Tetapi dengan gw pergi atau kita orang-orang pilihan itu pergi, mau menunjukkan bahwa demokrasi itu masih ada, toleransi tetap terbangun dan ibu pertiwi masih tetap di hati. Kita pulihkan dan balut luka ibu pertiwi dari luar sehingga kepedihan di dalam dapat terobati segera. Mohon restunya, ikan kecil ini untuk keluar dari terumbu karangnya dan menunjukkan bahwa dunia masih memiliki ruang untuk hak asasi.

Sungkem, berkah dalam and keep swimming..

Keep keep swimming.. keep swimming.. keep keep swimming..

Jumat, 27 Januari 2017

Bahayanya Olahraga Si Pakde : Arjuna dari Solo

Hallo Fellas,

Kalau selama ini gw selalu ngebahas soal si Engkoh, kali ini gw mau curcol soal si Pakde Jokowi. Gw panggil beliau sebagai Arjuna dari Solo. Kenapa? Soale si Pakde baru ajah ikut kejuaraan Panahan Terbuka yang dilaksanakan di Bogor. Persiapan yang dilakukan oleh Pakde pun ada di salah satu V-Log putranya, Mas Kaesang Pangarep. Saat ditanya kenapa kok pilih olahraga panahan dan dijawab oleh Pakde bahwa panahan itu memerlukan fokus, konsentrasi dan ada sasaran tembaknya.

Wah ini statement yang sangat berbahaya yang dikeluarkan oleh Pakde. FOKUS, KONSENTRASI, dan ADA SASARAN TEMBAK. Setelah Pakde mengeluarkan statement ini, gw juga jadi ingat sama pernyataan yang dikeluarkan oleh si Engkoh, "Pak Jokowi itu beda sama Saya. Kalau Saya ngga suka sama kodok, Saya tembak mati langsung tuh kodok. Nah kalau Pak Jokowi si kodok di elus-elus dulu, terus digiring dan dimasukin ke panci isinya air dingin tapi diem-diem dinyalain api kecil nah si kodok ngga sadar tuh bakalan mati dengan sendirinya (kerebus air mendidih-red)." Kira-kira gitu lah statementnya dan gw rasa ada nyambungnya dengan hobby Pakde dengan olahraga yang digelutinya saat ini. Memang sih untuk membidik "LINGKARAN KUNING" dengan tepat, memerlukan "KONSENTRASI".

Layaknya Arjuna yang mempunyai senjata pamungkas PANAH PASOPATI, Pakde pun punya PASOPATI-nya sendiri dan beliau menunggu waktu yang tepat kapan saatnya untuk melepaskan "Pasupatinya". Saat ini Pasopatinya sedang diasah dan itu bisa kita liat dari diberikannya grasi ke Pak Antasari Azhar sebagai tahanan sehingga "Pasopatinya" Pakde dapat bernafas lega diluar ruang tahanan akibat kasus pembunuhan hasil rekayasa atas dirinya.

Saat panah Pasopati itu melesat dengan bebas, pastinya akan tepat sasaran karena Arjuna adalah pemanah handal dan tidak pernah meleset dari sasaran serta dilengkapi dengan Pasopati. Menurut cerita pewayangan kisah Mahabrata, Panah Pasopati atau Pashupatastra dapat kita artikan sebagai "Pasti Mati" adalah suatu senjata yang diberikan kepada Arjuna oleh Bathara Siwa dan dilengkapi dengan Busur Gandhiwa sebagai senjata buatan Bathara Brahma suatu formasi senjata lengkap bagi Arjuna yang menjadikannya semakin tidak terkalahkan dalam hal memanah. Tidak seperti Brahmastra yang hanya bisa sekali keluar saja, Pasopati sangatlah berbeda, anak panah ini dapat dikeluarkan berkali-kali oleh Arjuna untuk membidik sasarannya.

Pakde itu orang Jawa, asale ingkang Solo. Pakde pasti memahami dunia perwayangan khususnya kisah Mahabrata. Sejak beliau digadang menjadi calon presiden RI, sudah dapat kita lihat bahwa beliau adalah calon Arjuna tunggalnya Ibu Kunti (Ibu Megawati-red). Beliau siap menghadapi kubu Kurawa saat itu dengan panglimanya Duryudana (Pak Prabowo-red). Saat ini Pandhawa dan Kurawa sudah dirangkul oleh Sang Arjuna dari Solo. Tetapi kita terkadang lupa bahwa dalam kisah Mahabrata ada tokoh Sengkuni alias pembisik yang licik. Nah Sengkuninya yang kita hadapi sekarang adalah Sengkuni yang baperan alias Pak Mantan. Awalnya netral lah kok lama-lama malah memacing Barathayudha tahap dua toh, Pak. Cuitan-cuitan beliau di media sosial mencerminkan seolah Hastinapura dalam bahaya dan harus berakhir di Padang Kurusetra dalam perang Barathayudha. Kita memang akan menghadapi Perang Barathayuda dalam pertarungan Pilkada sekarang. Dimana panah kecil mulai diluncurkan oleh Pakde satu persatu. Bisa kita lihat ditangkapnya para pelaku Makar, persidangan Ahok untuk membuktikan bahwa dia bersalah, Sang Habib yang punya janji menumpuk dengan Bareskrim, ditangkapnya orang-orang dekat Cikeas, hingga dibebaskannya Pak Antasari.

Arjuna dari Solo kita sedang menunggu waktu yang tepat kapan saatnya Pasupati akan dilepaskan. Di saat panah ini dilepaskan, apakah kubu Sengkuni sudah bersiap untuk dimenerima sasaran panah ini. Apakah tetap menjadi Sengkuni atau justru akan berakhir seperti Cakil. Walaupun akhirnya Sengkuni juga dihabisi oleh pihak Pandhawa sih. Lucunya keadaan negeri ini tidak ubahnya seperti Kerajaan Hastinapura dan Padang Kurusetra. Udah ngga sabar menyaksikan kehebatan Arjuna dari Solo ini untuk melepaskan Pasopatinya. Kata Pakde : Jangan prihatin, tunggu ajah tanggal mainnya. Tak bidik disik sasarane. :)

~Sok Jadi Pengamat Wayang